.:: SELAMAT DATANG DI RUMAH MAYAKU ::. ~"karena tak setiap rasa mesti diteriakkan, maka tulisan menjadi pilihan"~

JASMINUM SAMBAC
Monday 11 June 2007
Studi Tanaman Kentang Malino
Oleh : Sudarmiah


Tanaman kentang, who’s don’t know ?. Mungkin seperti itulah pernyataan yang akan dikatakan jika berbicara tentang tanaman yang satu ini. Kentang sangat biasa kita jumpai di pasar-pasar dan memiliki peran sendiri. Kentang dapat digunakan sebagai bahan makanan, kosmetik, obat-obatan dll. Karena keberadaannya yang dibutuhkanlah yang membuat kentang terus dibudidayakan.

Tanaman kentang merupakan tanaman yang dapat tumbuh dengan baik pada dataran tinggi dengan iklim yang sejuk. Dalam kondisi yang seperti ini umbi akan mengalami pertumbuhan yang sempurna. Untuk pembentukan umbi yang sempurna tanah harus berada pada suhu antara 150C – 200C, jika bukan pada suhu tersebut maka pertumbuhan umbi akan terhambat bahkan tidak memiliki umbi sama sekali.

HMI (MPO) Cabang Makassar Raya pada hari Ahad, 03 Juni 2007 yang lalu mengadakan studi banding ke pertanaman kentang di Desa Kanrepia, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa. Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian dari Agrowisata HMI Cabang Makassar Raya.


Studi banding di lokasi Screen House tanaman kentang ini dilaksanakan setelah melalui beberapa kegiatan menjelajah dan bertadabbur di air terjun. Peserta yang ikut dalam kegiatan ini berjumlah 22 orang dengan 7 ikhwan dan 15 akhwat.




Screen house yang digunakan berjumlah 4 dan memiliki fungsi masing-masing. 1 screen house digunakan untuk pembibitan kentang G-0 (generasi ke 0), kemudian yang lain untuk G-2, G-3 dan G-4. Setelah mencapai generasi ke 4 barulah umbi kentang dapat dipanen kemudian dipasarkan.

Kentang dibudidayakan dengan menggunakan media tanam yang berbeda-beda. Pada saat masih dalam bentuk stek, media yang digunakan adalah sekam padi. Setelah steknya tumbuh dipindahkan ke medium bokhasi (tanah + arang sekam + pupuk kandang). Pupuk kandang yang dipakai adalah pupuk kandang ayam karena lebih efesien pada iklim basah seperti di daerah tersebut.

Varietas tanaman kentang yang ditanam adalah dari varietas Atlantik dan Granula. Atlantik dikenal dari adanya pembentukan bunga jika tanamannnya sudah dewasa sedangkan dari jenis Granula tidak terjadi pembentukan bunga. Perbedaan kedua varietas tersebut juga dapat dilihat dari ukuran umbi yang pada Atlantik lebih kecil dibandingkan pada varietas Granula.

Varietas Atlantik

Varietas Granula

Pertanaman kentang ini juga mengalami beberapa kendala. Salah satu diantaranya adalah serangan hama dan penyakit. Jenis hama yang sering menyerang adalah Liriomyza sp. (Lalat Penggorok Daun) dan penyakit layu yang disebabkan oleh bakteri Pseudomonas Solanacearum. Keberadaan hama dan penyakit ini seringkali menyebabkan kegagalan panen, walaupun tidak terlalu parah.

Menurut Syafiuddin (Pengurus Screen House) umbi kentang yang bagus untuk dikonsumsi adalah umbi yang tidak berwarna hijau. Karena umbi yang dalam keadaan seperti ini akan menghasilkan racun yang berbahaya (ditandakan dari rasanya yang pahit).

posted by Irma @ 07:01   0 comments
Monday 2 April 2007
Perempuan;
Sebuah ke-eksistensi-an tubuh

Oleh : Sudarmiah

Aku melihatnya
Di atas dipan tua; mengerang
Di dalam sebuah bangunan kokoh; rumahnya
Di bawah atap langit; berteriak lantang
“ aku adalah perempuan, tubuhku adalah milikku,
Biarkan ianya menarik aku kesana; pentas alam semesta”
--Tazkiyah ’01--

Berbicara tentang perempuan bagi saya merupakan topik yang sangat menarik untuk diperbincangkan, bukan karena diri pribadi saya adalah seorang perempuan tapi lebih karena keprihatinan sekaligus kebanggaan saya terhadap komunitas perempuan yang tetap eksis menempatkan dirinya pada posisi “hitam/putih”, “terbuang/dibutuhkan” dan masih banyak lagi keadaan yang saling kontradiktif.

Terlepas dari baik atau buruk perannya dimata masyarakat luas, perempuan telah membuktikan dirinya bahwa dialah sendiri yang bisa menentukan ke arah mana dan pada siapa dia “menyerahkan” dirinya. Pilihan hidup yang memilih untuk berjalan di atas jalur yang “benar/tidak benar” adalah pilihan sadar perempuan yang membawa kebenarannya sendiri-sendiri.

Perempuan ini tahu betul bahwa setiap pribadi manusia masing-masng memiliki kebenaran bagi diri mereka sendiri walaupun tidak sedikit yang membawa kebenarannya ke dalam masyarakat umum dan akhirnya dianggap benar oleh orang lain. Dalam hal ini tidak dipungkiri oleh perempuan bahwa pihak laki-laki juga memiliki kebenaran mereka sendiri. Dari kedewasaan cara berpikir yang seperti inilah akhirnya perempuan bisa mengambil pelajaran dari sejarah keperempuanannya untuk memilih jalan hidup, menjadi “korban” atau menjadi “sang pelaku” itu sendiri.

Eksistensi diri yang berusaha didapatkan oleh perempuan harus terlebih dahulu menjalani proses yang sangat panjang dan melelahkan. Beberapa peristiwa bahkan hampir menghilangkan komunitas perempuan dari peran domestik apalagi peran publik sebagai bagian dari komunitas masyarakat karena dianggap kurang pantas bagi perempuan untuk memperlihatkan diri dan kemampuannya di hadapan publik.

Perdebatan dan pengorbanan selalu mewarnai setiap perjuangan perempuan dalam memperjuangkan persamaan hak dengan kaum laki-laki pada setiap sendi kehidupan, terbilang sebagai bagian dari proses yang mungkin masih sangat panjang bagi perempuan untuk menunjukkan keeksistensian mereka.

Kesadaran ini menunjukkan bahwa perempuan bisa menjadi lebih cepat dewasa seiring dengan perjalanan dari perjuangan itu sendiri. Alhasil, peristiwa tersebut bukannya mengendurkan semangat perjuangan mereka tetapi merupakan pendorong semangat baru untuk terus memperjuangkan apa yang mereka ingin dapatkan.

Pencarian makna eksistensi atas tubuh oleh kaum perempuan bermula dari kesadaran kaum perempuan yang memaknai kenyataan bahwa banyak hal yang bisa mereka lakukan sendiri tanpa bantuan laki-laki atau dengan bantuan kaum laki-laki. Keadaan ini mungkin disebabkan oleh beberapa hal yang belakangan ini telah disadari oleh kaum perempuan menyangkut hal bahwasanya sekian lama mereka ditempatkan pada posisi kaum lemah dan harus dilindungi bukan sebagai sesuatu yang bisa bertanggung jawab terhadap kepentingan publik serta dianggap sebagai sesuatu yang tidak diperlukan dalam pengambilan kebijakan dalam masyarakat.

Perempuan adalah Candu
Satu hal yang tidak bisa dipungkiri bila kita berbicara tentang sejarah perempuan. Perempuan sejak dulu selalu di tempatkan pada keadaan yang sama sekali tidak menguntungkan untuk dirinya. Kejatuhan manusia pertama dari surga selalu ditekankan kepada pihak perempuan (hawa) sebagai pihak yang patut dipersalahkan oleh karena perempuan yang menggoda laki-laki (adam) sehingga termakanlah buah dari pohon terlarang. Kepercayaan ini lalu didistorsi ke dalam sistem sosial yang melulu menempatkan perempuan sebagai “golongan manusia perusak”.
Sistem sosial tersebut sampai sekarang masih tetap ada, hal ini bisa terlihat dari masih kurang dihargainya peran perempuan baik dalam bidang domestik maupun bidang sosial kemasyarakatan. Penempatan perempuan dalam wilayah domestik (rumah tangga) masih selalu pada taraf “penerima”, dari soal nafkah sampai masalah urgen lainnya. Tidak berbeda jauh dengan kehidupan sosialnya, perempuan selalu ditempatkan di bawah posisi laki-laki dengan peran dan tanggung jawab yang lebih ringan dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini terjadi karena perempuan masih diartikan sebagai sosok lemah yang tidak memiliki control sosial yang cukup kuat dibandingkan dengan laki-laki.

Perempuan dalam konteks agama pun tidak lepas dari cobaan-cobaan yang tidak representatif dalam meninggikan derajat kaum perempuan. Agama Islam contohnya mempunyai banyak aturan-aturan tentang perempuan yang bila dimaknai sepintas lalu akan dianggap sangat merugikan kaum perempuan. Dalam sebuah hadist dikatakan bahwa

“setiap perempuan yang keluar rumah akan diikuti setan sambil menghembuskan bisikan; goda ini, bujuk itu. Dalam setiap langkanya, lahir setan-setan penggoda. Dalam setiap ayunan tangannya, keluar setan-setan penyesat ".

Dan didalam hadist yang lain dikatakan bahwa

“tidak sekali-kali aku tinggalkan suatu fitnah yang paling membahayakan diri kalian selain fitnah perempuan"

Dari kedua hadis ini dapat dipastikan bahwa masyarakat sebagian besar akan memiliki persepsi yang hampir sama dengan yang lainnya yaitu menganggap bahwa perempuan merupakan mahkluk yang membahayakan kehidupan ataupun ibadah dari seseorang, parahnya lagi tidak hanya laki-laki saja yang memandang perempuan dalam posisi yang seperti ini tapi kenyataannya banyak perempuan yang memandang perempuan lainnya sebagai “musuh dalam selimut”, tentunya hal ini tidak menguntungkan posisi kaum perempuan itu sendiri.

Karena kekhawatiran fitnah perempuan yang akan merusak tatanan masyarakat, perempuan tidak disarankan untuk keluar rumah tanpa keperluan. Kalaupun harus keluar, sebisa mungkin tidak sendirian karena kehadiran tubuh seorang perempuan ditengah masyarakat yang menggoda. Masyarakat akan terangsang, tergoda dan mungkin bangkit melakukan sesuatu terhadap tubuh perempuan. Kata Imam Nawawi,

“seorang suami yang terhormat wajib melarang istri dan anak perempuannya untuk keluar rumah dengan berhias dan berdandan dan tidak memperkenankan mereka keluar rumah kecuali pada waktu malam hari disertai mahram atau perempuan lain yang dipercayai” .

Hal ini mengakibatkan perempuan akan kehilangan kebebasannya untuk mengeksperisikan potensi yang dia miliki sehingga potensi itu sendiri kemudian tertutupi dan hilang.

Banyaknya larangan-larangan untuk perempuan dalam masyarakat sosial ternyata lebih banyak diakibatkan oleh karena posisi perempuan dalam cara-cara peribadatan. Misalkan larangan perempuan untuk memimpin shalat diartikan bahwa kehadiran tubuh perempuan didepan jamaah shalat dikhawatirkan akan mengganggu dengan membuyarkan konsentrasi mereka dalam menghadap Allah SWT Hal ini lalu berimbas pada kenyataan bahwa tubuh-tubuh perempuan juga tidak diharapkan duduk dalam jabatan-jabatan publik karena kehadirannya hanya akan menggoda masyarakat dan memalingkan perhatian mereka dari tugas-tugas yang semestinya mereka kerjakan.

Perempuan; Simbol Seksualitas
Seksualitas sampai saat ini masih dianggap sebagai bahan yang paling laku untuk diperbincangkan. Walaupun masih banyak pihak yang menganggap bahwa seksualitas adalah hal yang tabu di hadapan umum dan hanya milik pribadi, wacana seksualitas terus diperbincangkan baik dalam forum khusus perempuan maupun dalam forum umum. Perbincangan ini tentu saja tidak berhenti pada satu materi tentang seks tetapi akhirnya terkuak bahwa wilayah seksual sangat luas cakupannya.

Namun hal diatas tidak lantas menjadikan wacana seksualitas menjadi wacana yang proporsional. Penempatan perempuan dalam diskusi-diskusinya hanya sebagai “pelaku” bukan sebagai “korban”. Fakta bahwa setiap perbincangan tentang seksualitas lebih banyak membahas tentang kaum perempuan dibanding dengan kaum laki-laki merupakan pembuktian bahwa sampai saat ini seksualitas masih dipandang sebagai “perempuan“.
Hal ini jelas tidak menguntungkan pihak perempuan karena pada setiap penyelewengan prilaku seksual selalu dibebankan kepada pihak perempuan. Contohnya saja “gelar” PSK (Pekerja Seks Komersil) selalu diarahkan kepada pihak perempuan dan pada setiap kali penggerebekan lokasi-lokasi prostitusi yang terlihat banyak tertangkap adalah kelompok perempuan bahkan sama sekali tidak terlihat adanya kelompok laki-laki. Padahal tidak bisa dipungkiri bahwa ada juga sekelompok laki-laki yang bekerja sebagai PSK, namun hal ini tidak diekspos besar-besaran sebagaimana media mengekspos prilaku prostitusi perempuan.
Hadis Nabi mengatakan bahwa

“setiap perempuan yang keluar rumah akan diikuti setan sambil menghembuskan bisikan; goda ini, bujuk itu. Dalam setiap langkanya, lahir setan-setan penggoda. Dalam setiap ayunan tangannya, keluar setan-setan penyesat"

membuktikan bahwa perempuan merupakan pihak yang paling mampu untuk mengumbarkan pesona sensualitasnya dibandingkan dengan laki-laki. Perempuan dalam hal ini dikatakan sebagai makhluk penyebar setan yang menggoda iman seseorang melalui sensualitas tubuhnya. Kehadiran tubuh seorang perempuan merupakan tantangan terbesar pada pihak laki-laki.

Dalam persoalan ini pun perempuan lebih banyak ditempatkan pada pihak yang paling berpotensi untuk “menghancurkan” seorang laki-laki, tidak terpikir bahwa laki-laki pun bisa menjadi “duri dalam daging” bagi laki-laki sendiri maupun pada pihak laki-laki. Seksualitas perempuan dalam pemikiran keagamaan dianggap fitnah yang membahayakan. Baik terhadap dirinya maupun orang lain. Dalam peringatan yang dinyatakan oleh Nabi bahwa Tidak sekali-kali aku tinggalkan suatu fitnah yang paling membahayakan diri kalian, selain fitnah perempuan

Dalam riwayat Abu Hurairah lebih tragis lagi,

“sumber kesialan (syu’m) itu ada tiga: perempuan, rumah dan kuda”

Berbeda dengan kaum laki-laki yang seksualitasnya cenderung dianggap wajar dan bahkan dimanjakan. Hal ini terlihat dari praktek khitan bagi permpuan dan laki-laki yang sangat jelas adanya perbedaan tujuan dilaksanakannya praktek ini. Praktek khitan jelas secara seksual sangat menguntungkan laki-laki tetapi tidak bagi perempuan.

Begitulah konsepsi seksualitas dalam teks-teks klasik islam yang dibangun atas tiga anggapan yang bercorak diskriminatif terhadap perempuan. Pertama, seksualitas adalah sesuatu yang mamalukan, karena itu harus disembunyikan dan diletakkan pada ruang yang paling rahasia, dan tidak dibicarakan di tengah-tengah publik. Kedua, perempuan tak lain adalah figur ‘penggoda’ terhadap kesalehan masyarakat, sehingga seksualitasnya harus dikontrol, diawasi, dibatasi, dan diarahkan. Ketiga, memanjakan seksualitas laki-laki, sehingga laki-laki diberi banyak kesempatan untuk memperoleh puncak kepuasan .

Demikianlah, bagunan pemikiran menyangkut relasi perempuan dengan dirinya sendiri, laki-laki pasangannya atau dengan masyarakatnya, didirikan atas dasar pandangan bahwa perempuan adalah fitnah, bahkan sumber malapetaka bagi pihak laki-laki. Seksualitas perempuan adalah sesuatu yang memalukan sehingga harus dibatasi, menyenangkan sehingga dibebani untuk melayani dan memuaskan.

Realitas ini menunjukkan bahwa tubuh perempuan sepenuhnya dipandang hanya sebagai obyek kesenangan (object of pleasure) oleh karena itu harus dikontrol sesuai dengan keinginan pihak penikmat, dalam hal ini para lelaki

Prototipe Perempuan Masa Kini
Membandingkan perempuan dulu dengan sekarang memang seperti menciptakan jurang pemisah yang amat transparan. Perempuan dulu mungkin dikenal dengan prototype yang selalu mengikuti apa kata adat istiadat, orang tua dan suami. Kehidupan mereka lebih banyak ditentukan oleh pihak yang pada mereka dia mencari perlindungan. Namun tidak dapat dipungkiri juga bahwa terkadang dengan keadaan seperti ini harga diri dan kehormatan perempuan lebih terjaga dan bersih dari segala macam pergunjingan tentang dirinya.

Walaupun demikian kondisi ini pada substansinya justru merugikan kaum perempuan (bingung kan !?) karena dengan demikian perempuan memang hanya menempatkan dirinya pada posisi yang lemah dan tidak mandiri, selalu bergantung pada kehadiran kaum laki-laki dan merasa diri tidak mampu menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa bantuan dari pihak laki-laki.

Perempuan masa kini justru cenderung sangat mandiri, sehingga peran laki-laki dalam menentukan arah hidupnya bisa dikatakan sangat kurang berpengaruh. Malah sekarang ini telah banyak perempuan yang berhasil terjun ke pekerjaan yang langsung berhadapan dengan publik dan sering ditempatkan dia atas posisi kaum laki-laki (meski hal inipun masih sangat kurang dibandingkan dengan peran laki-laki). Namun penulis melihat bahwa justru disinilah letak kelemahan kaum perempuan masa kini. Kemandirian mereka di hadapan publik telah menyebabkan timbulnya pesimisme terhadap peran kaum laki-laki.

Hal menunjukkan bahwa perempuan memang bisa menjadi seperti laki-laki, tapi bukan keadaan yang seperti ini yang kita inginkan bersama. Benarkah perempuan sama sekali tidak menginginkan keberadaan laki-laki dalam perjalanan hidupnya? bukankah perempuan tidak sekejam laki-laki yang juga akan mematikan karakter manusia lainnya (laki-laki) seperti yang dulu telah dilakukan oleh kaum laki-laki.

Demikianlah dari kondisi ini seharusnya kaum perempuan lebih mampu menempatkan dirinya (tubuh) dalam kondisi apapun tanpa merugikan siapa pun. Kebebasan untuk membawa diri (tubuh) perempuan kearah mana yang dia suka bukan merupakan alat untuk menjustifikasi bahwa dengan ini tidak ada lagi batasan yang membatasi ruang gerak dari perempuan.

Justru dari keberadaan dirinya (tubuh perempuan) perempuan bisa mengambil hikmah bahwasanya dengan tubuh dia bisa melihat potensi apa yang terkandung dalam dirinya dan bisa dia kembangkan untuk masa depan dirinya dan perempuan yang lainnya, entah peran itu baik menurut dirinya sendiri atau justru pilihan terburuk dimata masyarakat?

Namun dalam konteks yang lain, kaum perempuan merasa bahwa dengan mempertontonkan tubuhnya yang tidak memakai/tanpa baju (nude female) ataupun badannya yang tampil bugil (naked woman), mereka menganggap sebagai keberhasilan dari gerakan kebebasan perempuan. Nah loh!!! [@]
posted by Irma @ 07:23   0 comments
Wednesday 15 November 2006
Cermin Hati Bagas
Aku seringkali malu pada diri sendiri, apa aku memang begitu bodoh dan berbeda dari manusia yang lain? Kok aku tidak pernah berhasil menarik perhatian mereka untuk sekedar simpati padaku. Aku merasa hidup dalam sebuah dunia yang terbelah, satu belahannya diisi oleh seluruh orang lain dan belahan yang satunya lagi aku huni seorang diri.

Memang dunia yang menjadi bagianku begitu luas dan lempang, tapi apa guna sebuah dunia yang luas kalau kita harus menjalaninya seorang diri? Tetap saja akan terasa sempit.
Adakah manusia yang bisa hidup seorang diri?
Tentu semua orang akan menjawab tidak! Termasuk aku, jawabankupun sama, aku tidak bisa hidup sendiri. Tapi yang aku hadapi bukan persoalan bisa ataukah tidak bisa, hidup sendiri menjadi suatu keharusan bagiku.

Aku harus hidup sendiri dalam duniaku yang sunyi sebab aku orang asing.
Aku orang terbuang.
Tak ada yang bisa mengerti dan tak ada yang mau mengerti . bahkan aku sendiri tak pernah berhasil memahami diriku. Mungkun karena inilah maka aku dijauhi, aku memang bodoh, mengenal diri sendiri saja tidak bisa.

Tapi apa mungkin ada orang yang bisamengenali dirinya sendiri secara sempurna dan menyeluruh? Jangankan mengenal, melihatnya saja tidak akan ada yang mungkin bisa. Sejak lahir sampai sebesar ini, aku tidak pernah bisa melihat seluruh batang tubuhku.
Aku merasa asing dengan punggungku, telingaku, hidungku, mulutku bahkan mataku yang aku pakai melihat tak pernah aku kenali.

Tampaknya untuk mengenali diri dengan baik, kita butuh cermin, karena cermin adalah media untuk melihat pantulan diri yang paling jujur dan tak pernah berdusta.
Cermin tak pernah berkomentar apa-apa, dia hanya bisa menunjukkan. Kalaupun dia bersuara, mungkin hanya ‘ini dirimu” yang akan selalu diulang-ulang oleh sang cermin ketika berhadapan dengan seseorang.

Aku harus punya cermin, tapi bukankah aku hanyalah orang asing di belahan duniaku sendiri?
Lalu pada siapa aku bisa meminjam atau meminta?
Bagaimanapula kalau aku butuh cermin bagi hatiku? Pribadiku?
Adakah cermin yang bisa memantulkan hati dan pribadiku dengan baik?
Bukankah itu hanya bisa diperankan oleh seorang sahabat atau kekasih?
Aduh! Sungguh malang nasibku. Tak punya sahabat apalagi seorang kekasih untuk bercermin dan mengeja diri. Aku begitu asing, bukan saja bagi seluruh manusia di dunia sebelah, bahkan bagi diriku sendiri.

Lalu apa yang harus aku lakukan?
Kalau pada diri sendiripun aku menjadi asing, bagaimana aku bisa berani mencari seorang sahabat atau kekasih?
* * *
Krrrriiiiiiiiiiiinnggggg………….!!!!!!!!!
Bel tanda waktu istirahat berakhir, Bagas menutup buku harian yang diisinya sepanjang waktu istirahat tadi.
Dengan cepat buku bersampul biru itu disusupkan ke dalam tas, matanya melirik sekeliling untuk memastikan bahwa tindakannya tidak mengundang perhatian teman-teman sekelasnya yang berlarian masuk dan duduk di bangku masing-masing dengan tertib.

Tanpa sepengetahuan Bagas, dua pasang mata memerhatikan gerak-geriknya dengan seksama. Ya, dua orang gadis, yang satu rambut blonde bernama Imelda, yang satunya lagi dikepang dua, Shanty. Sudah lama mereka memerhatikan gelagat Bagas, sejak isyarat cinta Imelda tak berbalas dari cowok berkacamata itu.

“Hai Mel.., Shanty.., kalian lagi merhatiin apasih? Kok serius amat, paling juga Pak Ahmad telat masuknya, jangan tegang gitu non.” Suara cempreng Ranti membuyarkan konsentrasi Imelda dan Shanty.
“Ngg….. nggak, aku Cuma lagi tegang aja sih, semalam aku lupa mengerjakan tugas, emang pe-er kamu sudah selesai?” Sergah Imelda sekenanya.
“Sudah, siapa dulu dong, Ranti…. sia-sia aku ikut les kalo soal seperti itu nggak bisa aku selesaikan dengan baik… gampang non, kali aja kalian mau ngontek?”
“Ngapain juga nyontek sama kamu, kita masih punya harga diri tau’!!!” Shanty menyahut dengan agak ketus.

“Ih segitunya, kamu kok sensi banget Shan, aku juga cuma bercanda kok… ya kan Mel..”
“Ya sudah… lebih baik kita duduk yang baik dan nunggu Pak Ahmad datang, soalnya kalau beliau datang dan kita masih ribut… wah bakalan kena hukum deh kita sekelas.” Imelda melerai, sambil sesekali matanya melirik kearah Bagas.

KetikaPak Ahmad masuk, Bagas mengikuti pelajaran seperti biasa, tapi lain halnya dengan Imelda, sampai bel pulang berdentang, perhatiannya terhadap mata pelajaran sungguh tidak ada.
Sesekali matanya masih mencuri pandang ke arah Bagas. Imelda sungguh penasaran sengan buku bersampul biru yang membuat Bagas begitu betah dan tidak keluar ruangan ketika istirahat tadi.
“Jangan-jangan buku itu menyimpan rahasia yang bisa menjelaskan kenapa Bagas tetap dingin kepadaku,” batin Imelda. Sudah beberapa minggu terakhir Imelda berusaha menarik perhatian Bagas dengan mengirimkan sinyal-sinyal cinta kepadanya.

Bel pulang berdentang…
“Shan, aku penasaran deh dengan buku bersampul biru itu, kamu lihat juga kan tadi Bagas menyimpannya dengan begitu hati-hati.” Sambil membereskan peralatan pelajarannya, tatapan Imelda tetap mengarah kearah Bagas.

Sementara itu Bagas melangkah perlahan keluar kelas mengikuti langkah siswa lainnya tanpa perasaan apapun.
”Iyya juga sih, tapi kamu kok perhatian banget sama Bagas? Apa kamu masih penasaran dengan sikap dinginnya kepadamu selama ini?” Tanggap Shanty.
“Sudah… ayo pulang, aku sudah lapar nih, pasti Pak Kusno yang menjemputmu sudah menunggu tuh…” Lanjutnya.

Sambil berjalan beriringan keluar kelas,
“Kamu ikut aja Shan, bete juga kalau aku cuma berdua dengan Pak Kusno di mobil.” Ajak Imelda pada sahabatnya.
“Bener nih? Oke deh…”

Didalam mobil mereka menyusun rencana untuk mencari tahu apa isi buku bersampul biru milik Bagas.
“Besok pagi jangan sampai datang telat ya?”
“Aku nggak bisa jamin Mel, kamu tahu sendiri kan, gimana susahnya mencari angkot yang kosong kalau pagi.”
“Kalau gitu aku jemput, jam 06:30 kamu harus sudah siap agar rencana kita bisa segera dilaksanakan besok.”
“Oke……….! Keduanya berjabat tangan dengan gembira, Pak Kusno cuma senyum keheranan melihat tingkah kedua gadis remaja itu. [bersambung]

by: tenri angka
posted by Irma @ 20:19   0 comments
Harap Dalam Do’a
lama sudah kita tak bercakap
sejak malam, dimana kau memberiku seuntai kata
kalimat yang serupa do'a

dalam do'amu ada harap
harap yang menggeriap-geriap
terbingkai dalam sabar yang kukuh

semua harus bisa dibatasi
bukankah bayang menjadi indah dalam cahaya remang?
ujarmu malam itu

apa kita kuat berkawan lelah
saling meraba hati dengan jemari rindu
tak lebih

dan tanpa cakap

by: tenri angka
posted by Irma @ 07:06   0 comments
Masih Pantas Aku Mengenangmu?
masih pantas aku mengenangmu?
ketika kau telah melindas aku
dalam kenangan yang beku

masih berhak aku mengingatmu?
saat kau sudah memerangkap aku
dalam ingatan yang membatu

bagaimana aku mengacuhmu
dan menghapusmu dari kenanganku

bagaimana aku melupamu
dan menghilangkanmu dari ingatanku

kau terlalu kuat membekas
tak bisa aku mengusirmu lekas

meski aku tahu
kau tak lagi mengingat dan mengenangku

by: tenri angka
posted by Irma @ 07:05   0 comments
TULISAN
Realitas peradaban yang kita temukan saat ini memang didominasi oleh barat. Dari segi teknologi kita berkiblat ke barat, apakah budaya kita juga harus berkiblat ke barat? Tidak kan! Padahal secara historis umat Islam pernah berjaya, hingga terjadinya pembakaran perpustakaan terbesar umat Islam di Baghdat. Tentunya kita sama-sama menginginkan Islam kembali membangun peradabannya. Mungkin pemikiran Hasan Hanafi, Muh. Arkoun, Asghar Ali Enginer, dan Muh. Abid Al-Jabiri bisa dijadikan bahan refleksi untuk mengembalikan kejayaan Islam.
posted by Irma @ 00:11   0 comments
 
Tentangku

Name: Irma
Home:Tamalanrea, Makassar
See my complete profile
Yang Lalu
Arsip
Pesan & Tanggapan

Name :
Web URL :
Message :
Sahabat
Jaringan
Mesin Pencari

Info
Anda Pengunjung ke:
free web counter
free web counter
Waktu
Kalender
Didukung Oleh

Isnaini Dot Com

BLOGGER